Monday, 27 July 2015

GOA TETES PRONOJIWO LUMAJANG INDONESIA



Goa bima diyakini sebagai lorong penghubung ke kerajaan laut selatan. Karenanya banyak orang menjaiankan ritual di sana dengan harapan bisa mendapat berkah daripenguasa kerajaan gaib tersebut.

Goa Bima Lumajang0001Matahari bersinar dengan teriknya, memancarkan hawa panas di sekitar kawas- an pesisir pantai selatan Desa Kajaran, Kecamatan Pasirian, Kabupaten” Lumajang, Jawa Timur.  Seolah tak peduli dengan terik matahari yang menyengat kulit tersebut, seorang pria paruh baya berjalan perlahan menyusuri jalan setapak, yang membelah hamparan ladang semangka yang berada di dekat pantai.

Tepat di bawah sebuah bukit batu yang menjulang di tengah ladang, Slamet, demikian nama pria tersebut berhenti. Sejenak matanya tertuju pada seekor burung elang yang menjaga sarangnya di puncak bukit. Selanjutnya dengan sikap hati-hati, dia rneiangkah menerobos rimbunnya semak belukar yang tumbuh di kaki bukit itu.

Sesekali dia tampak berusaha menjaga keseimbangan badannya saat meniti jalan setapak menanjak yang menuju ke sebuah ceruk, tepat di kaki bukit tersebut. Ceruk itu adalah tempat yang selama ini kerap dipakai oleh warga untuk berteduh manakala hujan mengguyur.

Goa Bima Lumajang0002Namun sejak beberapa tahun terakhir, fungsi ceruk itu telah berubah, setelah berhembus kabar bahwa ce­ruk tersebut menjadi pintu gerbang untuk menembus kerajaan Laut Selatan. Beberapa orang kerap ditemui tengah menjalankan tapa semedi di dalam ceruk sedalam sekitar lima meter itu. Bahkan tak jarang, mereka yang merasa hajatnya terkabul, selalu mengadakan selamatan di pelataran ceruk tersebut.

Goa Bima, demikian warga sekitar menyebut ceruk yang bagian depannya tertutup rimbunnya semak belu­kar itu. Bagi mereka yang baru pertama kali datang ke tempat ini, tentu akan dibuat bingung. Sebab, dari jalanan keberadaan goa ini nyaris tidak terlihat. Apalagi suasana di sekitarnya selalau terlihat sepi, karena war­ga enggan mendekat, kalau tidak terpaksa.

“Di sana banyak ularnya. Daripada nanti digigit ular, mending tidak usah ke sana,” ungkap sahadi, salah seorang warga yang tengah menjaga ladang semangkanya kepada LIBERTY.

Alasan Sahadi cukup masuk akal. Sebab bila melihat kondisi di sekitar goa tersebut, memang akan sangat ideal bagi habitat berbagai jenis ular. Sebab selain dinaungi sebatang pohon iprik raksasa dengan sulur-sulur nya yang memanjang, hampir seluruh permukaan tanah di depan mulut goa itu ditumbuhi semak belukar. Sehingga sangat memungkinkan bagi ternpat persembunyian ular dan beberapa jenis binatang lain.

Ritual Khusus

Namun begitu, hal itu sepertinya tidak menyurutkan para pemburu berkah yang menjalankan ritual di sana. Bagi para pelaku ritual itu, ular atau binatang yang lain dipandang sebagai bagian dari ujian awal. Yang mana bila hal itu bisa dilewati, akan membawa mereka menemukan kebahagiaan sejati seperti yang diharapkannya.

Pun demikian halnya dengan Slamet, yang tengah berusaha menyibak rimbunnya semak, guna memasuki Goa Bima. Namun bukannya mau menjalankan ritual, pria asal Kota Lumajang ini hanya sekedar ingin tahu kondisi goa yang sempat dikenal sebagai tempat mencari pesugihan itu.

“Saya cuma penasaran saja de­ngan cerita dari orang-orang, yang katanya bisa jadi kaya setelah ritual di sini. Makanya saya ingin melihat bagaimana kondisi goa ini. Saya sendiri kebetulan suka dengan hal-hal yang bersifat mistik, dan kalau dari pengamatan mata batin saya, energi di goa ini memang sangat kuat. Sehingga memang sangat cocok untuk dipakai sebagai tempat ritual,” jelas- nya.

Entah benar atau tidak, namun yang pasti telah bayak orang yang percaya akan kekuatan dari goa ini. Karenanya, tiap malam-malam tertentu, selaju saja ada orang yang datang untuk menjalankan ritual di sana. Nama Bima sendiri diambil karena konon tikoh Pandawa tersebut pernah menjalankan tapa semedi di goa ini sebelum memutuskan masuk ke laut dalam cerita Dewaruci.

Dalam cerita tersebut dikisahkan bahwa Bima berhasil mengetahui rahasia kehidupan, setelah menemui sosok wujud dirinya sendiri dalam lautan. Dengan bisa mengetahui ra­hasia kehidupan, maka seseorang akan bisa mendapatkan segala apa yang diinginkan. Karena itulah, kemudian banyak orang yang berusaha mengikuti apa yang dilakukan oleh Bima di tempat ini.

Goa ini sendiri juga diyakini memiliki keterkaitan erat dengan kera- jaan laut selatan. Sebab di dalam ruangan goa terdapat sebuah lorong berdiameter sekitar satu meter yang konon tembus hingga ke dasar laut. Lorong itulah yang diyakini sebagai gerbang menuju ke kerajaan yang dikuasai oleh Nyi Roro Kidul itu.

Namun sayang, dari keterangan warga sekitar, sampai saat ini belum ada orang yang berani memasuki lorong tersebut hingga ke ujungnya. Begitu gelapnya lorong sempit itu, membuat siapa saja yang masuk kerap dibayangi hal-hal yang menakut- kan. Termasuk kemungkinan adanya binatang buas yang menghuni lo­rong itu.

“Kalau kata orang yang pernah mencoba masuk, di dalamnya ter- dengar seperti ada suara mendesis. Mungkin itu suara ular. Soalnya me­mang di tempat itu anyak ularnya. Makanya tidak ada orang yang berani masuk, apalagi lorong itu seperti tidak berujung. Sebab saat disorot de­ngan lampu senter, sinar lampu itu seperti tidak bisa menggapai ujung­nya,” terang Sahadi.

Karena itulah, umum- nya para pelaku ritual hanya akan menjalankan olah batin di ruangan depan goa. Hal ini terlihat dari begitu banyaknya sisa pembakaran dupa, serta bunga-bunga kering, sebagai bagian. dari kelengkapan ritual, di ruangan ini. Terkait hal ini Sahadi mengungkapkan bahwa ritual yang di­lakukan di tempat ini terbilang sangat sederhana.

“Mereka yang datang ke sini umumnya me­mang mencari kekayaan. Tapi saya ti­dak tahu bagaimana caranya. Kalau yang pernah saya lihat, mereka cuma duduk bersemedi sambil membakar kemenyan selama semalam suntuk. Mungkin pada tengah malam saat ri­tual itulah, muncul mahluk gaib yang akan mewujudkan keinginan orang itu,” ungkapnya.

Selain itu, bagi mereka yang sudah berhasil, sepertinya ada syarat tidak tertulis yang harus dipenuhi, yaitu menggelar selamatan di ruang­an goa. Sahadi dan teman-temannya mengaku kerap mendapat bagian sa­at ada orang yang menggelar sela­matan di sana.


No comments:

Post a Comment